Pagi hari sebelum memulai kegiatan, minum teh adalah yang rutin dilakukan, di kantor pun minuman yang paling banyak diminati adalah teh, baru disusul kopi dan air putih. Minum teh, sangat nikmat ketika masih hangat dan bisa menyegarkan tubuh dan pikiran. Maka tak berlebihan, jika teh dijuluki minuman rakyat, penggemarnya pun mulai dari desa hingga kota dan bisa dinikmati di mana saja, warung pinggir jalan, restoran dan hotel berbintang lima. Bak kata iklan, apa pun makanannya, teh adalah minumannya.
Namun, selama ini minum teh lebih ditujukan untuk kenikmatan dengan menambahkan gula atau susu pada air seduhannya. Berbeda dengan masyarakat Cina dan Jepang, mereka mengonsumsi teh tak semata untuk kenikmatan tapi sudah pada tahap mendapatkan khasiatnya yang menyehatkan. Hasil penelitian menunjukkan, teh jika dikonsumsi secara teratur dapat mencegah kanker, mendepak kolesterol dan darah tinggi (Fereidoon Shahidi, 2002).
Budaya Minum Teh
Kebiasaan minum teh telah menjadi semacam ”ritus” setidaknya di kalangan masyarakat Cina dan Jepang. Bahkan hingga kini, upacara minum teh di tengah masyarakat Jepang merupakan suatu hal yang sakral. Di Cina, budaya minum teh sudah dikenal sejak 3.000 tahun sebelum Masehi, pada zaman Kaisar Shen Nung berkuasa. Kemudian budaya minum teh berlanjut di Jepang sejak masa Kamakaru (1192 – 1333) oleh pengikut Zen. Tujuannya adalah agar mereka mendapatkan kesegaran tubuh selama meditasi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya, tradisi minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen. Selama abad ke-15 hal itu menjadi acara tetap berkumpul di lingkungan khusus untuk mendiskusikan berbagai hal.
Meski saat itu belum bisa dibuktikan khasiat teh secara ilmiah, namun masyarakat Cina sudah meyakini teh dapat menetralisasi kadar lemak dalam darah, setelah mereka mengonsumsi makanan yang mengandung lemak. Mereka juga percaya, minum teh dapat melancarkan air seni, menghambat diare dan sederet kegunaan lainnya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pangan yang makin maju, khasiat minum teh pun makin banyak diketahui. Hal ini mendongkrak konsumsi teh dari tahun ke tahun. Di Inggris misalnya mencapai 2,5 kg/kapita/ tahun, di Irlandia bertengger pada angka 3,5 kg/kapita/tahun, Pakistan dan India berturut-turut pada posisi 1,0 kg dan 0,6 kg/kapita/tahun. Bagaimana dengan Indonesia, masih sangat rendah konsumsinya, yakni baru mencapai 0,2 kg/kapita/tahun. Tak sampai 10 persen dari konsumsi masyarakat Inggris. Padahal, Indonesia merupakan penghasil teh kelima terbesar di dunia setelah India, Cina, Sri Lanka dan Kenya.
Diduga penyebab rendahnya tingkat konsumsi teh di Indonesia karena masyarakat belum banyak yang tahu tentang khasiat teh bagi kesehatan. Walau minum teh sudah menjadi semacam budaya setidaknya di kalangan masyarakat Jawa, namun teh belum menjadi primadona untuk masyarakat kebanyakan di Indonesia, masih lebih banyak memilih soft drink alias minuman ringan yang memiliki rasa teh bohongan ketimbang minum teh yang sebenarnya.
Senyawa Bioaktif
Dalam pembagiannya, teh dapat dibedakan dalam tiga kategori utama berdasarkan pengolahannya. Yaitu teh hijau (tidak mengalami fermentasi), teh oolong (semi fermentasi) dan teh hitam (fermentasi penuh). Meski ketiga jenis teh ini berasal dari tanaman yang sama yakni Camelia sinensis, namun ada perbedaan yang cukup berarti dalam kandungan polifenolnya karena perbedaan cara pengolahan. Kandungan polifenol, senyawa antioksidan yang kemudian diyakini berkhasiat bagi kesehatan, tertinggi diperoleh pada teh hijau, kemudian oolong, lalu disusul teh hitam.
Teh hijau mengandung lebih dari 36 persen polifenol, sekalipun jumlah ini masih dipengaruhi cuaca (iklim), varietas, jenis tanah dan tingkat kemasakan. Kunci utama dari khasiat teh berada pada komponen bioaktifnya, yaitu polifenol, yang secara optimal terkandung dalam daun teh yang muda dan utuh. Katekin adalah senyawa dominan dari polifenol teh hijau dan terdiri dari epicatechin (EC), epicatechin gallat (ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin gallat (EGCG), catechin dan gallocatechin (GC). Katekin adalah senyawa yang larut dalam air, tidak berwarna dan memberikan rasa pahit dan astringensi alias kelat.
Flavonol, zat antioksidan utama pada daun teh adalah kuersetin, kaempferol dan mirisetin. Sekitar 2- 3 persen bagian teh yang larut dalam air merupakan senyawa flavonol. Flavonol lebih merupakan glukosida daripada sebagai bentuk aglikon. Paling tidak sekitar 14 glikosida mirisetin, kuersetin dan kaempferol dalam teh segar, teh hijau dan teh hitam telah diketahui keampuhannya menghalau kanker dan kolesterol.
Pada pengolahan teh hitam, katekin dapat teroksidasi membentuk warna dan cita rasa yang khas. Secara klasik warna teh hitam dapat dibagi ke dalam orange-coloured theflavins (TFs), yang memberikan merah keemasan, dan brownish thearubigins (TRs), yang memberikan warna kecoklatan. Dalam teh hitam, TFs dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu theaflavin, theaflavin-3-gallat, theaflavin-3’-gallat dan theaflavin-3,3’-gallat, membentuk reaksi antara turunan kuinon dari sebuah katekin sederhana dan gallokatekin. Sedangkan TRs merupakan sebuah kelompok heterogen warna fenolik dengan massa molekul relatif pada range 700 – 40.000. Kandungan berbagai senyawa inilah yang membuat teh bisa berwarna merah keemasan atau kecoklatan.
Sifat fungsional teh hijau lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam. Ini ditunjukkan polifenol teh hijau jauh lebih berperan untuk mencegah terjadinya kanker dibandingkan polifenol teh hitam. Senyawa polifenol dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas hidroksil (OH) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dan DNA dalam sel. Radikal bebas yang berasal dari berbagai makanan awetan dan polusi udara merupakan musuh utama kesehatan, kecantikan dan penuaan dini seperti cepat keriput dan noda hitam pada kulit. Kemampuan polifenol menangkap radikal bebas, 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E.
Hal yang sama juga terjadi pada LDL, kolesterol yang berbahaya bagi tubuh. Katekin dan theflavin membantu menyingkirkan radikal bebas sehingga tak memiliki kesempatan mengoksidasi LDL yang dapat membentuk plak pada dinding arteri, yang menjadi penyebab aterosklerosis. Dengan demikian, antioksidan pada teh dapat memperlancar arteri mengirim darah yang penuh gizi ke jantung dan ke seluruh tubuh.
Selan itu, kandungan epigalokatekin dan epigalokatekin galat pada teh hijau dapat menghambat aktivitas enzim yang mengatur tekanan darah dan dapat membantu mengurangi penyerapan vitamin B1 yang mengakibatkan berkurangnya aktivitas metabolisme gula sehingga berat badan bisa turun. Maka dengan mengkonsumsi teh secara teratur, 2- 4 gelas setiap hari, dapat menstimulasi terjadinya penurunan tekanan darah dan membantu menormalkan tekanan darah penderita tekanan darah tinggi.
Rahasia Menyeduh
Bagi kebanyakan orang membuat teh dengan rasa manis dan nikmat tak ada masalah. Namun, guna mendapatkan khasiat teh yang maksimum sehingga bermanfaat bagi kesehatan, tak semua orang tahu. Maka ada baiknya kita pahami cara menyeduh teh yang baik dan beberapa langkah berikut bisa dilakukan. Pertama, gunakan air matang dan berasal dari sumber mata air.
Kedua, untuk mendapatkan rasa teh yang enak, cucilah daun teh dengan menuangkan air panas secukupnya pada seduhan pertama kemudian digojog beberapa saat sebelum airnya dibuang. Hal ini dilakukan untuk membuang debu yang masih menempel pada teh dan rasa teh menjadi lebih enak. Ketiga, hindarilah menggunakan air yang baru saja mendidih untuk menyeduh teh. Suhu air panas berkisar antara 80 – 90 derajat Celsius adalah yang paling baik karena dapat mempertahankan antioksidan teh tidak rusak.
Keempat, minumlah segera setelah diseduh. Kelima, hindari penyimpanan teh yang sudah diseduh lebih dari 24 jam, karena teh basi bisa buat diare. Keenam, simpanlah teh dalam wadah tertutup agar aromanya tetap terjaga baik. (Posman Sibuea)
Penulis adalah mahasiswa program doktor ilmu pangan di UGM. Lektor Kepala di Jurusan THP Unika Santo Thomas SU Medan.
Free Download Mozila fire Fox
Wednesday, July 18, 2007
Minum Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan
Minuman apa yang paling populer di masyarakat? Tak pelak lagi jawabannya adalah minuman yang terbuat dari teh. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan bahwa setelah air, teh adalah jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi manusia dewasa. Diperkirakan tak kurang dari 120 ml setiap harinya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment